Jauh sebelum Bali menjadi destinasi pariwisata global dan terkenal dengan keindahannya, Bali memiliki sejarah dari zaman prasejarah yang luar biasa. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak zaman prasejarah. Temuan arkeologis seperti gua dan situs prasejarah yang menunjukkan pada 2000 sebelum masehi (SM) memperlihatkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat Bali kuno.
Mereka mendokumentasikan prasasti- dari lukisan gua hingga menggunakan daun lontar sebelum ditemukan kertas. Masyarakat Bali pada zaman dahulu menulis peristiwa penting, aturan adat, hingga kepercayaan menggunakan daun yang bernama latin borassus flabellifer ini. Prasasti ini banyak ditemukan pada abad ke-1 Masehi saat kedatangan agama Hindu dari India yang membawa pengaruh yang mendalam dalam kebudayaan, seni, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Hasilnya, kuil-kuil dan kompleks pura dibangun untuk memuja dewa-dewi dan tradisi upacara Hindu yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali.e
Daun Lontar menjadi salah satu bentuk naskah kuno nusantara yang banyak tersebar di pulau Dewata. Mayoritas berisi teks warisan leluhur yang berisikan purana Kitab Weda yang merupakan kitab suci umat Hindu yang ditulis tangan pada helai-helai daun dan terdapat prasi berbentuk gambar dan lukisan - lukisan. Tulisan tersebut menjelaskan hal-hal seperti adat istiadat, kepercayaan, pengalaman hidup, ilmu pengetahuan dan aturan kepercayaan Hindu.
Menulis dalam daun lontar merupakan keterampilan yang dipercaya hanya dikuasai orang-orang tertentu saja. Sebab dibutuhkan fokus yang tinggi dan ketelitian saat mulai menulis di atas lontar karena bisa terjadi kesalahan dan arti yang multitafsir karena penggunaan pagnaruk (alat tulis) yang sulit di atas daun lontar. Caranya ialah memetik daun Lontar pilihan yang berasal dari pohon ental dan dipotong sesuai dengan ukuran 20 cm-60 cm). Kemudian daun tersebut dibersihkan dan dijemur, setelah itu direndam dalam waktu hampir sebulan agar bersih, dan terakhir direbus dengan rempah pilihan selama berjam-jam.
Daun lalu dijepit dengan mbalagbag agar daun tetap lurus dan bisa ditulis. Untuk tinta yang digunakan menulis terbuat dari campuran terong, sari daun dlundung dan minyak jelaga. Penulisan menggunakan daun lontar masih dilestarikan oleh masyarakat tradisional Bali yang tinggal di Desa Adat Dukuh Penaban, Bali. Pada saat berkunjung ke desa ini, para turis bisa mengagumi warisan zaman prasejarah yang terus dijaga serta mencoba menulis dengan daun lontar.
Sebagai penyedia jasa yang menyambungkan kepulauan di Indonesia, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) terinspirasi oleh warisan budaya dari Bali tersebut dengan menjaga kepercayaan dan memberikan layanan terbaik para pengguna jasa yang menggunakan kapal ferry ASDP hingga masa-masa mendatang. Salah satunya dengan memberikan fasilitas terbaik pada KM Prathita IV untuk lintasan Ketapang (Banyuwangi) - Gilimanuk (Bali) untuk pengalaman imersif bagi para pengguna jasa yang ingin berwisata ke Desa Adat Dukuh Penaban maupun tujuan wisata lainnya di Pulau Dewata. Jangan lupa untuk memesan dan reservasi tiket kapal ferry jauh-jauh hari untuk jadwal menyebrang yang diinginkan.